Air Terjun Roro Kuning
Air Terjun Roro Kuning
Air
Terjun Roro Kuning berada di ketinggian 600 m dpl dan memiliki tinggi antara
10-15 m. Air terjun ini mengalir dari tiga sumber dari Gunung Wilis yang
mengalir merambat di sela-sela bebatuan padas di bawah pepohonan hutan
pinus. Kemudian menjadi air terjun yang membentuk trisula.
Dan karena proses mengalirnya itulah maka masyarakat Desa Bajulan
menamakan air terjun merambat.
Di sekitar lokasi air terjun ini juga bisa dijumpai Air Terjun Ngunut setinggi ± 55 m, Air Terjun Pacoban Ngunut setinggi ± 95 m dan Air Terjun Pacoban Lawe setinggi ± 75 m. Jarak dari air terjun Roro Kuning menuju air terjun Pacoban Ngunut sekitar 4 km. Sedangkan untuk Coban Lawe dan Air Terjun Ngunut, harus berjalan kurang lebih 3 km lagi. Untuk menuju ke tiga air terjun tersebut sebaiknya mempersiapkan fisik sebelum kesana, karena jalannya cukup terjal.
Selain keindahan alam, air terjun Roro Kuning juga memiliki nilai sejarah. Di
sekitar lokasi ini terdapat monumen perjuangan Panglima Besar Jenderal
Sudirman. Monumen ini dibangun untuk mengenang perjuangan Jenderal Sudirman
saat memimpin perang gerilya melawan Belanda pada tahun 1949. Selain menumen,
di tempat ini juga terdapat sebuah rumah sangat sederhana yang pada masa
perjuangan dahulu sempat ditempati Pak Dirman selama satu minggu. Karena itulah
selain menikmati keindahan alam, pengunjung air terjun Roro Kuning juga bisa
sekaligus mengenang perjuangan Panglima Besar Sudirman.
Legenda
Nama Roro Kuning berasal dari Ruting dan Roro Kuning putri raja Kadiri dan Dhoho yang berkuasa sekitar abad ke 11-12. Ruting yang aslinya bernama Dewi Kilisuci dan Roro Kuning yang sebenarnya Dewi Sekartaji adalah putri semata wayang Lembu Amiseno dari Kerajaan Doho.
Ketika kedua putri raja itu sakit, di kerajaan tidak ada yang bisa menyembuhkan. Runting sakit kuning dan Roro Kuning sakit gondok dan kulit. Untuk mencari kesembuhan kedua putri raja mengembara masuk keluar hutan belantara, naik gunung turun gunung dan akhirnya singgah di lereng Gunung Wilis Desa Bajulan. Ketika sedang merenungi nasibnya sang putri bertemu dengan Resi Darmo dari Padepoan Ringin Putih desa Bajulan.
Di sinilah dua putri raja dirawat dan diberi obat ramuan tradisional oleh sang Resi yang sakti. Dengan ramuan dedaunan, sakit putri raja akhirnya bisa sembuh. Dalam proses penyembuhannya, putri Runting dan Kuning sering mandi di air terjun yang kemudian diabadikan oleh sang Resi menjadi nama air terjun.
Legenda
Nama Roro Kuning berasal dari Ruting dan Roro Kuning putri raja Kadiri dan Dhoho yang berkuasa sekitar abad ke 11-12. Ruting yang aslinya bernama Dewi Kilisuci dan Roro Kuning yang sebenarnya Dewi Sekartaji adalah putri semata wayang Lembu Amiseno dari Kerajaan Doho.
Ketika kedua putri raja itu sakit, di kerajaan tidak ada yang bisa menyembuhkan. Runting sakit kuning dan Roro Kuning sakit gondok dan kulit. Untuk mencari kesembuhan kedua putri raja mengembara masuk keluar hutan belantara, naik gunung turun gunung dan akhirnya singgah di lereng Gunung Wilis Desa Bajulan. Ketika sedang merenungi nasibnya sang putri bertemu dengan Resi Darmo dari Padepoan Ringin Putih desa Bajulan.
Di sinilah dua putri raja dirawat dan diberi obat ramuan tradisional oleh sang Resi yang sakti. Dengan ramuan dedaunan, sakit putri raja akhirnya bisa sembuh. Dalam proses penyembuhannya, putri Runting dan Kuning sering mandi di air terjun yang kemudian diabadikan oleh sang Resi menjadi nama air terjun.
Komentar
Posting Komentar